Seorang gadis mengeluarkan telepon genggamnya dan membuka aplikasi Instagram. Terlihat di laman muka platform tersebut unggahan dari teman-teman yang secara rutin berinteraksi dengannya. Ia memberi tanda ‘suka’ pada beberapa unggahan kemudian berpindah ke tab “jelajah”, menelusuri berbagai unggahan tentang sejumlah topik kesukaannya – makanan, hewan peliharaan, dan artis pop.
“Anak muda jaman sekarang telah terbiasa mendapatkan pengalaman pengguna yang disesuaikan (customized experience) melalui perangkat milik mereka,” ujar Don Carlson, Direktur Pendidikan, Microsoft APAC. Tapi di sekolah, kita meminta mereka menggunakan seragam, menggunakan buku pelajaran yang dicetak secara masal di depan mereka, kemudian meminta mereka untuk belajar dengan cara yang telah ditentukan. Untuk membantu anak-anak ini meraih hasil yang lebih baik, kita perlu memulai proses transformasi dimulai dari para pemimpinnya dan dengan pemikiran bagaimana bangsa-bangsa, sekolah-sekolah dan para guru dapat menyampaikan pelajaran yang dirancang khusus sesuai dengan gaya belajar serta kebutuhan para siswa.”
Sekolah dan lembaga pendidikan lainnya telah meletakkan dasar bagi perubahan ini dengan merancang dan menciptakan pengalaman belajar yang dipersonalisasi bagi siswa-siswa mereka. Akan tetapi, Carlson menjelaskan, apabila para guru diminta untuk mengembangkan rencana pembelajaran yang disesuaikan bagi 20-30 siswa untuk setiap mata pelajaran, kemungkinan besar mereka akan menjawab bahwa mereka tidak punya waktu.
“Maka disinilah teknologi berperan dalam transformasi pendidikan. Teknologi mampu memberdayakan semua orang di dalam ekosistem pendidikan untuk memaksimalkan sumber daya yang mereka miliki serta memfokuskan upaya mereka dalam mencapai perubahan yang mereka inginkan,” Carlson menjelaskan. “Dengan alat digital dan teknologi, kita dapat membangun lingkungan yang terpersonalisasi serta kondusif, yang memungkinkan siswa untuk berprestasi – apa pun tipe pembelajaran mereka, baik visual, auditori, maupun kinestetik.”
Berkolaborasi untuk menghasilkan konten dan pelajaran yang lebih baik.
Ada banyak sekali alat teknologi yang tersedia bagi pendidik untuk menciptakan pengalaman yang dipersonalisasi yang memenuhi kebutuhan dan gaya belajar para siswa. Meski demikian, Carlson mendorong pimpinan sekolah dan para guru untuk melangkah lebih jauh dan memanfaatkan kekuatan teknologi sepenuhnya – yakni kemampuan untuk menghubungkan manusia melampaui batasan waktu dan jarak.
“Anda tidak perlu melakukan semuanya sendiri,” ujar Carlson. “Anda akan memerlukan banyak waktu dan sumber daya untuk itu. Banyak sekali layanan teknologi dan aplikasi yang dirancang untuk mewujudkan kolaborasi tanpa batas, sehingga guru dan sekolah dapat mengumpulkan semua sumber daya yang mereka miliki dalam rangka mencapai efisiensi dan efektivitas yang lebih tinggi.”
Sebagai contoh, Nayland College, di Maryland, Selandia Baru, menggunakan Office 365 untuk menciptakan kolaborasi internal. Sebuah buku panduan staf berbasis OneNote diciptakan untuk berbagi sumber daya dan keahlian, dan kini semua konten pelajaran dan berbagai berkas terkait disimpan dalam SharePoint Online. Alih-alih menyusun rencana pelajaran dari nol, kini guru-guru dapat menghemat waktu dengan menggunakan konten yang ada dan menyesuaikannya dengan kebutuhan siswa-siswa mereka.
Kolaborasi antar pendidik juga dapat terjadi di luar lembaga-lembaga pendidikan individual. Carlson menyebutkan sejumlah sumber daya daring seperti Microsoft Educator Community dan Skype in the Classroom, dua platform digital yang memungkinkan guru-guru di seluruh dunia untuk berbagi dan bertukar ide serta keahlian dalam rangka menyusun rencana pelajaran yang lebih baik.
Memahami kebutuhan siswa serta lingkungan belajar lebih baik.
Lebih dari sekedar memangkas tenaga dan waktu yang diperlukan untuk merancang pelajaran yang sesuai, teknologi juga dapat dimanfaatkan untuk memahami kebutuhan siswa secara lebih mendalam.
“Big data dan analytic, didukung oleh Internet of Things, dapat memberikan wawasan tentang pola pembelajaran siswa serta lingkungan belajar,” ujar Carlson. “Melalui pemanfaatan teknologi, kita dapat menggunakan data ini untuk menciptakan rencana pelajaran, kurikulum belajar, serta kebijakan pembelajaran yang lebih baik, yang akan mendukung kesuksesan siswa.”
Omaha Public Schools di Amerika Serikat, misalnya, mengandalkan Microsoft Azure dan Power BI untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai efektivitas alat-alat dan strategi pengajaran yang mereka gunakan. Hal ini memungkinkan pendidik dan pimpinan sekolah untuk menyempurnakan rencana dan kurikulum pelajaran untuk mendorong siswa meraih hasil yang lebih baik.
Informasi seperti ini tidak hanya membantu para guru melakukan pendekatan berbasis wawasan untuk meningkatkan proses pembelajaran , namun juga mempemudah proses perencanaan pada tingkat sekolah, wilayah, dan kementerian nasional. Dengan menggunakan analitik data yang diperoleh dari aplikasi tersebut, Omaha Public Schools kini dapat melihat hasil keluaran dari proses belajar-mengajar serta tren pendidikan secara lebih menyeluruh, yang menjadi dasar dari setiap keputusan serta strategi yang disusun.
“Teknologi dapat membantu pemanfaatan sumber daya dan data secara lebih efisien dan efektif dalam mendorong personalisasi bagi setiap siswa,” jelas Carlson. “Hal ini memungkinkan para pendidik dan pimpinan sekolah untuk menyesuaikan materi pembelajaran serta menciptakan lingkungan yang kondusif, yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa dan dengan demikian, mendorong siswa untuk berprestasi dan meraih hasil belajar yang lebih baik.”
Mendukung Perubahan Bersama Mitra Teknologi.
lembaga pendidikan yang ingin memanfaatkan teknologi untuk menciptakan lingkungan belajar-mengajar yang berbasis kebutuhan siswa, Carlson menyarankan untuk bekerja sama dengan mitra Microsoft yang memiliki komitmen untuk memberikan dukungan. Melalui kerja sama ini, lembaga pendidikan akan memperoleh dukungan dalam pengembangan strategi holistik yang mencakup perencanaan dan penerapan, memastikan bahwa pendidik merupakan ujung tombak dari transformasi pendidikan ini.