Desa Oelpuah yang berada di Kabupaten Kupang, NTT, dulu kondisinya sama seperti kebanyakan desa lainnya yang ada di daratan Timor. Sering dianggap terbelakang, gersang, dan tak diperhitungkan. Kondisi alam yang kering memaksa warga setempat hanya bisa menggantungkan harapan mereka pada hujan untuk bercocok tanam.
Kondisi alam itu jugalah yang membuat warga setempat banyak yang angkat kaki dari kampung untuk mengadu nasib ke luar daerah. Bahkan, hingga merantau jauh menjadi tenaga kerja di luar negeri.
Siapa nyana, kondisi alam yang tandus itu justru sekarang menjadi berkah tersendiri. Kondisi alam yang gersang, panas dan matahari terik malah cocok untuk lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang sumbernya berasal dari pemanfaatan intensitas cahaya matahari.
Di awal tahun 2016 lalu, nama Oelpuah mulai dikenal publik. Pasalnya, pembangunan PLTS berdaya 5 MW yang berada di Kampung Bijaenaka, Desa Oelpuah telah rampung. Peresmiannya dilakukan langsung oleh Presiden Joko Widodo. Hebatnya, PLTS ini adalah yang terbesar di Indonesia dan terkoneksi dengan jaringan listrik PLN Timor yang berperan dalam memenuhi kebutuhan listrik di pulau tersebut.
Geliat Warga Desa Oelpuah.
Seiring beroperasinya PLTS Oelpuah, kehidupan warga setempat mulai tampak berubah. Wilayah perkampungan yang dulunya kusam, mulai tertata. Jalan yang dulu hanya bebatuan dan tanah, kini sudah mulai beraspal. Pembangunan rumah-rumah baru juga tampak saat memasuki lorong menuju lokasi PLTS.
Berkat listrik, suplai listrik dan air bersih pun lancar. Usaha-usaha kecil yang mendukung ekonomi keluarga bergeliat. Ini beda dengan keadaan lima atau enam tahun lalu saat saya berkunjung ke sini.
“Kami di sini dulu susah air. Ambil air juga harus pergi ke sungai yang berjarak sekitar satu kilometer dari rumah kami,” kata pasangan suami istri Abraham Lakbanu dan Safira Tonjaas. Keduanya penduduk setempat.
“Sudah ada listrik PLTS kami bisa buat yang lain, seperti menenun di siang hari atau malam hari, karena listrik tak sering padam lagi,” ungkap Safira menambahkan.
Untuk memasak Safira tak perlu lagi jauh-jauh cari kayu bakar. Dia lalu menunjuk penanak nasi elektrik miliknya, yang dioperasikan lewat listrik. “Cukup colok,” katanya.
Rata-rata rumah warga di Oelpuah menggunakan daya 900 watt. Daya listrik ini cukup membantu warga, termasuk bisa melakukan usaha produktif di malam hari.
“Kami bisa menganyam pada malam hari. Siang kami bisa kerja kebun,” jelas Oktaviana Salukh, warga Dusun III. Dia menunjukkan anyaman nyiru yang dibuatnya. Setiap hasil karyanya dihargai Rp 20 ribu. Bagi keluarga petani seperti Oktaviana, tambahan pendapatan dari menganyam nyiru cukup membantu ekonomi keluarga.
Demikian juga dengan masalah mobilitas dan keamanan warga. Pada saat malam, jalan tak tampak lagi gelap. Lampu menerangi jalan, keberadaannya disediakan oleh PLTS.
“Warga bisa mudah kemana-mana saat malam,” ujar Plt Kepala Desa Oelpuah Abdi Rohi.
Camat Kupang Tengah Rudolf Talaan turut mensyukuri jika kehadiran PLTS dapat turut membantu masyarakat. Jelasnya, keberhasilan ini tak lepas, karena dulu warga cukup kooperatif saat pemda memerlukan lahan untuk pembangunan PLTS.
“Kami berkoordinasi dengan warga untuk penyediakan lahan PLTS Oelpuah waktu itu,” jelasnya. Luas lahan yang dibutuhkan PLTS sendiri adalah sekitar 7,5 hektar.
Buka Peluang Investasi.
Dikutip dari pernyataan Direktur utama PT LEN Industri (Persero), Abraham Mose saat peresmian PLTS Oelpuah, keberadaan PLTS amat signifikan untuk menghemat Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik di daerah dibandingkan dengan menggunakan pembangkit bermesin diesel (PLTD) yang berbahan bakar minyak. Dalam kalkulasi sebulan PLTS dapat menghemat BBM hingga sebesar 225.000 liter.
Bupati Kupang Korinus Masneno saat dijumpai mengungkapkan kehadiran PLTS Oelpuah memang terasa dampaknya. Apalagi di Desa Oelpuah sebelumnya pasokan energi hanya mengandalkan tenaga diesel.
Melihat pengalaman di Oelpuah, Korinus membuka peluang bagi investor yang ingin mengembangkan energi listrik terbarukan di wilayahnya. “Sejauh ini, sudah banyak PLTS yang dibangun, seperti di Amfoang. Kami amat terbuka jika ada investor yang ingin mengembangkan potensi energi terbarukan di wilayah kami,” ujarnya.
Beliau menyebut, alih-alih terus mengeluh tentang alam Pulau Timor yang tandus dan gersang, dengan curah hujan yang kurang, lebih baik potensi tersebut didayagunakan untuk pengembangan energi surya. Hasilnya bisa berguna buat warga masyarakat.
“Dengan beroperasinya PLTS Oelpuah ini, pemadaman listrik secara bergilir di wilayah Timor sudah bisa teratasi,” jelas Ignatius Rendroyoko, General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTT.
Kepala Bidang Energi Baru Terbarukan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) NTT Paul Kedang mengapresiasi dampak pembangunan PLTS Oelpuah saat ini dan berharap, agar target Rencana Umum Energi Daerah (RUED) dalam Perda Nomor 10/2019, yang menargetkan 24 persen bauran energi di wilayah Nusa Tenggara Timur berasal dari sumber energi baru terbarukan, dapat tercapai.
*Paskalis G. Seran, wartawan Victory News, Kupang. Artikel ini didukung oleh Mongabay Indonesia